Friday, December 29, 2017
Psikolog : Ini 7 Pola Asuh yang Sebabkan Anak Jadi LGBT
Nakita.id - Fenomena LGBT kembali merebak. Berawal dari tayangan sebuah televisi yang membahas fenomena LGBT yang kian marak.
LGBT adalah fenomena yang ditujukan pada para Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Para orangtua pun mulai cemas dan membuat benteng agar keluarga terhindar dari risiko penyimpangan seksual tersebut.
Nah, Elly Risman, MPSi, psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, sudah lama memperingatkan tentang bahaya LGBT tersebut.
Memang, penyebab seseorang menjadi LGBT sangatlah rumit. Ada banyak penyebab yang saling memicu.
Meski begitu, sebagai bentuk kewaspadaan, Elly Risman, mewanti-wanti pola asuh yang salah, yang berisiko menyebabkan anak terjerumus ke dalam lembah LGBT.
Apa sajakah, berikut di antaranya:
1. Moms dan Dads yang Acuh Tak Acuh
Psikolog anak lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini mengatakan, kebanyakan orangtua cuek atau abai, kurang peduli, bahkan seolah kurang ngeh terhadap anak-anak mereka.
Akibatnya, para anak khususnya anak laki-laki menjadi lemah dalam BMM.
Yang dimaksud BMM oleh Elly Risman adalah lemah dalam Berfikir, Memilih, dan Mengambil keputusan.
2. Hilangnya Peran Dads
Tidak sedikit orangtua yang keliru saat mengasuh anak laki-laki.
Kenapa anak laki-laki? Karena menurut penelitian, otak kiri laki-laki selalu lebih kuat dibanding otak kiri wanita.
Namun, sambungan antara otak kanan dan otak kiri pada wanita lebih baik. Dengan begitu, para lelaki sangat mudah fokus pada suatu hal berbeda dengan wanita yang mampu memikirkan banyak hal dalam satu waktu.
Anak laki-laki menjadi banyak yang salah asuh karena kurangnya sosok ayah dalam kehidupannya untuk mengembangkan otak kirinya tersebut.
Para ayah biasanya sibuk mencari nafkah sehingga hanya punya waktu beberapa jam di malam hari dan akhir pekan untuk keluarga. Itupun kalau tidak ada proyek lain di luar jam kerja.
Menurut Elly, saat ini peran ayah semakin tak terlihat dalam pengasuhan anak. Zaman dahulu, para ayah selalu mengusahakan agar punya banyak waktu dengan keluarga, sebut saja ayah dari Ibu Elly Risman ini.
Beliau bekerja tak jauh dari rumah sehingga beliau selalu bisa menyempatkan waktu bermain bersama anak.
Untuk itu, orangtua perlu lebih meluangkan waktu agar dapat bermain dan berinteraksi dengan anak-anak.
3. Anak Lelaki Terlalu Banyak Berinteraksi dengan Moms
Karena ayah tidak hadir, maka ibulah yang mendidik anak laki-laki sepenuhnya. Contohnya, ketika si anak laki-laki masih kecil, ia dijadikan wadah curhat ibu terhadap suaminya alias ayah dari si anak tersebut.
Pada akhirnya si anak laki-laki ini akan membanding bandingkan sosok ayahnya dengan ayah-ayah yang lain.
Belum lagi ketika anak laki-laki tersebut beranjak dewasa. Ia terbiasa ke mana-mana bersama ibu dan kurang ajakan dari sang ayah. Misalnya saja menemani ibu ke salon.
Hal ini bisa membuat anak tidak punya model identifikasi untuk menjadi lelaki. Mengenai bagaimana ia berperilaku, bersikap, dan merasa sebagai laki-laki.
Dikhawatirkan, hal ini juga bisa menjadi penyebab anak menjadi LGBT.
4. Anak Perempuan Kurang Kasih Sayang Dads
Selanjutnya, pada anak perempuan. Banyak sekali anak perempuan yang kekurangan pengasuhan sang ayah.
Sang ayah pergi di subuh hari menitipkan uang jajan kepada anak, pergi bekerja, kemudian kembali di malam hari.
Banyak ayah yang mengira tugasnya hanyalah sebatas memberi nafkah untuk masa depan anak, lantas lepas tangan terhadap yang lain.
Kurangnya kasih sayang lawan jenis khususnya sang ayah kepada anak perempuan ini kadang kala bisa membuatnya lebih nyaman mendapat kasih sayang dari teman atau sosok lain.
Kalau teman atau sosok lainnya tidak bermasalah, tidak mengapa. "Tapi kalau salah pemilihan sosok, bisa ditebak apa yang akan terjadi pada si anak."
Bagaimana sebenarnya akibat dari peran ayah yang lepas terhadap anaknya?
Menurut beberapa penelitian atas kurangnya peran ayah terhadap anak, ini menyebabkan anak laki-laki menjadi nakal, agresif, terlibat narkoba, dan pada ujungnya bisa terperangkap dalam seks bebas.
Sementara pada anak perempuan juga bisa berdampak pada depresi.
Ingat, peran orangtua sangat vital dalam awal terbentuknya LGBT.
Jangan sampai justru pola asuh kita menjadi pemicu anak terlibat LGBT tanpa kita sadari.
5. Kurang Pemahaman AGAMA
Selanjutnya adalah kurangnya pemahaman agama. Agama hanya dikenalkan lewat berbagai ritual, tidak melalui penanaman nilai-nilai dan perilaku.
Semua agama menentang LGBT.
6. Terlalu Bebas Menggunakan GADGET
Hal lain yang berpotensi jadi pemicu anak menjadi LGBT adalah para orangtua banyak yang belum begitu paham dengan gadget seperti smartpone, tablet, dan komputer.
Anak laki-laki menjadi sasaran utama dari pornografi dan narkoba.
Mengapa? Pasalnya, laki-laki memiliki otak kanan dominan yang lebih mudah fokus, memiliki hormon testosteron atau hormon seks yang lebih, serta penampilan fisik di mana organ vital berada di luar sehingga lebih mudah distimulasi.
7. Anak Terpapar PORNOGRAFI
Semuanya berawal dari gadget, dari segala apps yang ada di dalamnya.
Segala info dan hal negatif dengan mudah didapatkan anak dari gadget yang diberikan oleh orangtuanya sejak dini.
Bahkan mengalahkan segala asuhan orangtuanya.
Pada akhirnya orangtua hanya dijadikan sesosok penegak hukum, di mana anak bisa menjadi sosok yang berbeda ketika berada di hadapan orang tuanya.
Pornografi masuk melalu mata, kemudian diolah dengan hati.
Maka BMM tadi pada anak sangat penting bagi anak.
Pada akhirnya merangsang dopamin, menyebabkan ketagihan, sehingga berusaha meniru bahkan mencoba.
Maka orangtua yang santai saja, merasa aman-aman saja dengan gadget dan segala hal yang diberikan kepada anaknya ini yang akan berbahaya.
Ia pun berpendapat, terpaan pornografi bisa berujung pada rasa penasaran yang bisa memicunya terlibat dalam fenomena LGBT.
Kesaksian Perawat: Pelaku ElGeBeTe Tahu Mereka (Bakal) Kena HIV/AIDS
Oleh Zulia Alviana (Seorang Perawat)
28/12/2017 · Cileungsi, West Java ·
Sumber: Akun Facebook
Allah kasih hadiah luar biasa buat saya, begitu lulus langsung diterima jadi pns. Trus ditempatin di ruang isolasi, sempet ngerawat flu burung, swine flu dan nyambi ngerawat pasien HIV.. 11 tahun jd perawat, 9 tahun ngerawat pasien hiv stadium 3-4.. Menyaksikan sendiri sakaratul maut yg begitu menyeramkan.....
Tren penyebab hiv kian bergeser ( kesimpulan dari pengalaman jd perawat). Kalo dulu banyak pasien terkena hiv karna IDU yang sharing needle, tetep ada juga yang dari sex bebas dan banyak juga pasien kaum elgebete.. Klo sekarang, pasien hiv yang karena IDU udah sedikit, soalnya jenis putaw juga udah jarang dipake... Krn trennya skrg ke shabu, gorilla, tramadol dll... Yang karena sex bebas selalu ada dan masih tetep banyak yg dari kalangan elgebete... Bahkan sempet diruangan ngerawat pasiennya elgebete semua😫😫😫. Jadi saya nyimpulin sendiri kalo elgebete itu ya ujungnya pasti hiv.. Karna lobang yg dipake bukan lobang semestinya, gampang banget luka, lecet dan jadi pintu masuk virus hiv.
Beberapa kali ngobrol sama pasien dan penunggu pasien...
Ada istri yg pernah nge gap in suaminya lagi campur ama laki2 lain.. Ada juga kisah anak muda yg merantau, izin sama orang tuanya kerja di jakarta.. Dan disini kerja nya jd cowo jadi2an dimalam hari.....
" gw kalo dandan cantik sus,,,, pangkalan gw kan ga jauh dari pangkalan psk yg cewe beneran, tp pelanggannya lebih rame di tempat gw"
" trus, loe dibayar berapa? Dan semalem bs berapa pelanggan?" tanyaku
" ya macem2, biasanya 50rebu. Kadang lebih. Kalo pelanggannya bule suka ngasih lebih... Semalem gw bisa 6 pelanggan dan paling banyak pernah 10 orang sus"
" loe aslinya dari mana? Keluarga loe tau,disini loe kerjanya jadi banci?"
" gw dari lampung sus, ya ga tau lah keluarga gw kalo gw kerja jd banci.. Kalo pulang kampung gw jadi lekong, nyokap taunya gw kerja di pabrik"
Percakapan di lain waktu, dengan orang yang berbeda, tetep dengan elgebete. Saat itu dia sedang besuk temennya yg sedang dirawat. Dirawat karna hiv dan juga karna dia elgebete..
" loe juga gawe jadi cewe jadi2an?" tanyaku memulai percakapan..
" iye sus, ya mau cari duit gimana lagi"
"trus,loe punya pasangan tetep ga?"
"ya nggak lah, gw males... Jadi mending kaya makan nasi padang aja, makan trus buang, ngapain ounya pasangan tetep"
" loh kenapa?"
" Yg kaya gw kan hampir semuanya minum ARV ( arv adalah obat anti retroviral, penekan virus HIV ), gw cuma nunggu waktu aja ini.. Udah rutin periksa sih, alhamdulillah masih non reaktif, soalnya gw pake kondom terus. Tapi kan ga semua pelanggan mau pake kondom. Kalo gw punya pasangan tetep, gw males ngurusinnya kalo pas die sakit.. Rempong cyiin, kan gw harus kerja cari duit"
Dan masih banyak percakapan2 lain.... Hampir semua pasien yg begitu, bermasalah dengan lobang anusnya, ya luka sampe bonyok lah, yang ga bs ngontrol bab nya lah.. Macem2 pokoknya...
Disaat-saat sulit seperti itu, yang ngedampingin mereka mayoritas adalah ibu nya udah dikecewakan krn kelakuannya, istrinya yg dikhianatin. Ada juga sih, yang diurusin ama pacar/istrinya yang juga cewek jadi2an tapi itu ga banyak dan ga lama.. Setelah itu mereka ditinggal... Ngiluuu...
Saya perawat, dan jujur, jika bukan karena tanggung jawab profesi,, GAK pengen banget rasanya ngurusin pasien kaya begitu.. Bayangin muaknya mesti ngelakuin perawatan luka di sekitar lobang anus yg udah ngelakuin hal yg menurut saya menjijikkan..
Saya ibu,, saya berharap banget kaum ini segera taubat dan segera sembuh... Elgebete ini penyakit menular berbahaya yang berhadiah penyakit menular lain yg sama berbahayanya....
Ya Rabb, lindungi anakku.. Engkau sebaik2nya penjaga dan pelindung... Saya ibu, yang berjuang membangun peradaban di zaman now yang crowdednya luar biasa... Ya Allah mampukan aku...
28/12/2017 · Cileungsi, West Java ·
Sumber: Akun Facebook
Allah kasih hadiah luar biasa buat saya, begitu lulus langsung diterima jadi pns. Trus ditempatin di ruang isolasi, sempet ngerawat flu burung, swine flu dan nyambi ngerawat pasien HIV.. 11 tahun jd perawat, 9 tahun ngerawat pasien hiv stadium 3-4.. Menyaksikan sendiri sakaratul maut yg begitu menyeramkan.....
Tren penyebab hiv kian bergeser ( kesimpulan dari pengalaman jd perawat). Kalo dulu banyak pasien terkena hiv karna IDU yang sharing needle, tetep ada juga yang dari sex bebas dan banyak juga pasien kaum elgebete.. Klo sekarang, pasien hiv yang karena IDU udah sedikit, soalnya jenis putaw juga udah jarang dipake... Krn trennya skrg ke shabu, gorilla, tramadol dll... Yang karena sex bebas selalu ada dan masih tetep banyak yg dari kalangan elgebete... Bahkan sempet diruangan ngerawat pasiennya elgebete semua😫😫😫. Jadi saya nyimpulin sendiri kalo elgebete itu ya ujungnya pasti hiv.. Karna lobang yg dipake bukan lobang semestinya, gampang banget luka, lecet dan jadi pintu masuk virus hiv.
Beberapa kali ngobrol sama pasien dan penunggu pasien...
Ada istri yg pernah nge gap in suaminya lagi campur ama laki2 lain.. Ada juga kisah anak muda yg merantau, izin sama orang tuanya kerja di jakarta.. Dan disini kerja nya jd cowo jadi2an dimalam hari.....
" gw kalo dandan cantik sus,,,, pangkalan gw kan ga jauh dari pangkalan psk yg cewe beneran, tp pelanggannya lebih rame di tempat gw"
" trus, loe dibayar berapa? Dan semalem bs berapa pelanggan?" tanyaku
" ya macem2, biasanya 50rebu. Kadang lebih. Kalo pelanggannya bule suka ngasih lebih... Semalem gw bisa 6 pelanggan dan paling banyak pernah 10 orang sus"
" loe aslinya dari mana? Keluarga loe tau,disini loe kerjanya jadi banci?"
" gw dari lampung sus, ya ga tau lah keluarga gw kalo gw kerja jd banci.. Kalo pulang kampung gw jadi lekong, nyokap taunya gw kerja di pabrik"
Percakapan di lain waktu, dengan orang yang berbeda, tetep dengan elgebete. Saat itu dia sedang besuk temennya yg sedang dirawat. Dirawat karna hiv dan juga karna dia elgebete..
" loe juga gawe jadi cewe jadi2an?" tanyaku memulai percakapan..
" iye sus, ya mau cari duit gimana lagi"
"trus,loe punya pasangan tetep ga?"
"ya nggak lah, gw males... Jadi mending kaya makan nasi padang aja, makan trus buang, ngapain ounya pasangan tetep"
" loh kenapa?"
" Yg kaya gw kan hampir semuanya minum ARV ( arv adalah obat anti retroviral, penekan virus HIV ), gw cuma nunggu waktu aja ini.. Udah rutin periksa sih, alhamdulillah masih non reaktif, soalnya gw pake kondom terus. Tapi kan ga semua pelanggan mau pake kondom. Kalo gw punya pasangan tetep, gw males ngurusinnya kalo pas die sakit.. Rempong cyiin, kan gw harus kerja cari duit"
Dan masih banyak percakapan2 lain.... Hampir semua pasien yg begitu, bermasalah dengan lobang anusnya, ya luka sampe bonyok lah, yang ga bs ngontrol bab nya lah.. Macem2 pokoknya...
Disaat-saat sulit seperti itu, yang ngedampingin mereka mayoritas adalah ibu nya udah dikecewakan krn kelakuannya, istrinya yg dikhianatin. Ada juga sih, yang diurusin ama pacar/istrinya yang juga cewek jadi2an tapi itu ga banyak dan ga lama.. Setelah itu mereka ditinggal... Ngiluuu...
Saya perawat, dan jujur, jika bukan karena tanggung jawab profesi,, GAK pengen banget rasanya ngurusin pasien kaya begitu.. Bayangin muaknya mesti ngelakuin perawatan luka di sekitar lobang anus yg udah ngelakuin hal yg menurut saya menjijikkan..
Saya ibu,, saya berharap banget kaum ini segera taubat dan segera sembuh... Elgebete ini penyakit menular berbahaya yang berhadiah penyakit menular lain yg sama berbahayanya....
Ya Rabb, lindungi anakku.. Engkau sebaik2nya penjaga dan pelindung... Saya ibu, yang berjuang membangun peradaban di zaman now yang crowdednya luar biasa... Ya Allah mampukan aku...
Dahsyatnya Dampak Kerusakan Akibat Homoseksual Dalam Keluarga
DAHSYATNYA DAMPAK HOMOSEKSUAL DALAM KELUARGA
=======================
(by : Iramawati Oemar)
•••••••
Berikut ini adalah KISAH NYATA, pengalaman pribadi dari salah satu teman FB saya, Neng Lifa, yang menuliskan testimonial pengalamannya ketika mendampingi seorang Ibu yang anak-anaknya menjadi korban kejahatan seksual dari pengidap kelainan homoseks.
Kesaksiannya yang ditulis di kolom komentar status FB saya sebelumnya, atas ijin yang bersangkutan akan saya rangkum dan tuliskan kembali, disertai opini pribadi saya.
Berikut cerita Neng Lifa :
👇👇👇
Tahun 2012 saya membantu seorang ibu yang minta tolong karena anaknya yang berumur 3 tahun mengeluh sakit pada duburnya. Ketika kami bawa puskesmas ternyata anak tersebut disodomi oleh "pacar" bapaknya, yang diakui sebagai keponakan oleh sang bapak. Sudah 17 tahun yang katanya ponakan itu tinggal satu atap dengan mereka. Celakanya, selama 17 tahun ternyata sang bapak dan keponakan abal-abal itu adalah sepasang kekasih sejenis.
Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata anak mereka yang pertama, saat itu sudah berumur 16 tahun dan anak yang berumur 10 tahun turut pula disodomi. Kemudian kedua anak tersebut bermutan alias ketularan perilaku menyimpang dan kemudian menyodomi anak tetangga mereka.
Innalillaahi wa inna ilaihi roji'un...
Kami sudah berusaha membawa mereka ke TP2TPA DKI bahkan ke kepolisian namun mentok, karena si ibu harus mengeluarkan biaya visum sendiri yang tidak sedikit.
Juga tekanan dari suaminya. Belakangan, suaminya kabur bersama "keponakan" alias pacar sejenisnya.
Akhirnya kasus tersebut mengendap.
Dan yang paling menyakitkan bagi si Ibu, dia mendapatkan "hadiah" dari sang suami, Ibu itu terinveksi HIV AIDS.
Selama 17 tahun hidup bersama suami dan juga serumah dengan "keponakan" suaminya, Ibu itu sama sekali tidak melihat kejanggalan perilaku suaminya.
Bahkan dia tidak tahu kalau kedua anaknya sudah lama menjadi korban kebiadaban nafsu syahwat keji (saya tak tega menulis nafsu binatang, karena binatang saja belum tentu sebejat Itu) pacar si bapak. Jika saja anak bungsunya yang baru umur 3 tahun tidak menderita kesakitan, mungkin perilaku iblis laknatullah dari bapak dan pacar sejenisnya itu akan terus berlanjut.
* * *
Itu baru sekelumit contoh bahwa homoseksual adalah penyakit penyimpangan seksual, yang dampaknya sangat rentan menular kepada orang lain, meski masih dibawah umur sekalipun dan meski itu orang terdekat sekalipun.
Si kekasih gelap sejenis dari bapak yang biseksual itu tidak cukup hanya melampiaskan nafsu syahwat bejatnya kepada pria beristri yang "berselingkuh" dengannya, namun juga "memangsa" anak-anak dari kekasih sejenisnya. Tidak hanya satu anak, tapi sampai 3 anak. Tidak hanya yang sudah usia sekolah, yang balita pun diembat juga.
Bandingkan seandainya bapaknya berselingkuh dengan perempuan lain, meski sama-sama tidak bisa dibenarkan dari sisi hukum agama maupun dari sisi norma sosial, maka perselingkuhan itu hanya akan terjadi antar si bapak dengan kekasih gelapnya. Tidak akan memakan korban anak-anaknya.
Andaikan pun kekasih gelap si bapak itu adalah perempuan jalang yang tidak puas dengan hanya 1 kekasih gelap, maka dia akan berselingkuh dengan om-om lainnya, tidak memangsa anak di bawah umur.
Alangkah dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan oleh pasangan homoseks tersebut.
Setidaknya, ada 3 anak kandung dari pelaku biseksual yang jadi korban langsung. Belum lagi 2 anak yang sudah lebih dulu menjadi korban sodomi kemudian ber'mutasi' menjadi pelaku, dengan men-sodomi anak-anak tetangganya. Entah berapa keseluruhan korban akibat "PENULARAN" perilaku seks menyimpang kaum homoseksual.
Anak-anak yang seharusnya masih berperilaku normal layaknya anak seusianya, masih mampu mengontrol hasrat seksual yang sepadan bagi anak yang tumbuh kembang normal tanpa terpapar pengalaman seksual abnormal, telah berubah menjadi predator bagi sesamanya, bagi anak seusianya.
Belum lagi si Ibu yang menanggung derita berlipat ganda. Sudahlah suami ketahuan selingkuh, selingkuh dengan sejenis pula, selingkuhan suaminya memangsa anak-anaknya, dia mendapat warisan penyakit HIV AIDS yang pengobatannya tidak murah dan tidak dijamin bisa sembuh, terakhir sang suami malah minggat meninggalkan setumpuk derita yang harus ditanggungnya sendiri.
Bagaimana nasib ketiga anaknya yang semestinya harus mendapatkan terapi dan pendampingan secara serius dan intensif sampai benar-benar bisa sembuh lahir dan batin. Luka fisik dan psikisnya harus diobati sebelum mereka tumbuh jadi remaja dan dewasa yang buas dan menjadi predator berikutnya.
Para pembela, pendukung dan pembenar perilaku LGBT, dengan dalih HAM, bersediakah mereka membentuk crisis center untuk membantu dan mendukung sepenuhnya para korban perilaku menyimpang dari pelaku LGBT?!
Bukankah orang-orang yang telah mereka tularkan penyakit sosial itu sesungguhnya punya hak azasi juga untuk hidup normal tanpa dibayangi pengalaman pahit disodomi dan terpicu mensodomi orang lain lagi?!
Korban-korban berantai ini harus juga dilindungi HAM-nya. Jadi jika ada pelaku LGBT yang merugikan orang atau anak yang tadinya normal, seharusnya ada yang menanggung kerugian itu, minimal secara materi agar mereka bisa mendapatkan terapi dan rehabilitasi psikis yang memadai, yang tentunya biayanya tidak sedikit. Apalagi kalau secara fisik juga sudah terinfeksi HIV AIDS.
Dengan banyaknya kisah nyata korban kebejatan perilaku kaum LGBT, masihkah menganggap LGBT fine aja hidup bebas dan tumbuh kembang di sekitar kita?!
Masihkah berpendapat itu bukan penyakit, hanya varian saja dari kecenderungan seksua!?!
Masihkah santai saja dan bisa 'nrimo' dan 'legowo' jika korban itu adalah keponakan anda, adik anda, anak anda dan orang-orang yang anda kasihi?!
Yakin anda akan bilang "gak masalah, anak saya disodomi kaum homo. Santai aja bro, itu bukan penyakit kok!"
Jika anda tak ingin orang terkasih menjadi korban LGBT, maka jangan pernah berkata "LGBT harus dilegalkan" atau "terimalah LGBT karena itu bagian dafi hak azasi manusia".
=======================
(by : Iramawati Oemar)
•••••••
Berikut ini adalah KISAH NYATA, pengalaman pribadi dari salah satu teman FB saya, Neng Lifa, yang menuliskan testimonial pengalamannya ketika mendampingi seorang Ibu yang anak-anaknya menjadi korban kejahatan seksual dari pengidap kelainan homoseks.
Kesaksiannya yang ditulis di kolom komentar status FB saya sebelumnya, atas ijin yang bersangkutan akan saya rangkum dan tuliskan kembali, disertai opini pribadi saya.
Berikut cerita Neng Lifa :
👇👇👇
Tahun 2012 saya membantu seorang ibu yang minta tolong karena anaknya yang berumur 3 tahun mengeluh sakit pada duburnya. Ketika kami bawa puskesmas ternyata anak tersebut disodomi oleh "pacar" bapaknya, yang diakui sebagai keponakan oleh sang bapak. Sudah 17 tahun yang katanya ponakan itu tinggal satu atap dengan mereka. Celakanya, selama 17 tahun ternyata sang bapak dan keponakan abal-abal itu adalah sepasang kekasih sejenis.
Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata anak mereka yang pertama, saat itu sudah berumur 16 tahun dan anak yang berumur 10 tahun turut pula disodomi. Kemudian kedua anak tersebut bermutan alias ketularan perilaku menyimpang dan kemudian menyodomi anak tetangga mereka.
Innalillaahi wa inna ilaihi roji'un...
Kami sudah berusaha membawa mereka ke TP2TPA DKI bahkan ke kepolisian namun mentok, karena si ibu harus mengeluarkan biaya visum sendiri yang tidak sedikit.
Juga tekanan dari suaminya. Belakangan, suaminya kabur bersama "keponakan" alias pacar sejenisnya.
Akhirnya kasus tersebut mengendap.
Dan yang paling menyakitkan bagi si Ibu, dia mendapatkan "hadiah" dari sang suami, Ibu itu terinveksi HIV AIDS.
Selama 17 tahun hidup bersama suami dan juga serumah dengan "keponakan" suaminya, Ibu itu sama sekali tidak melihat kejanggalan perilaku suaminya.
Bahkan dia tidak tahu kalau kedua anaknya sudah lama menjadi korban kebiadaban nafsu syahwat keji (saya tak tega menulis nafsu binatang, karena binatang saja belum tentu sebejat Itu) pacar si bapak. Jika saja anak bungsunya yang baru umur 3 tahun tidak menderita kesakitan, mungkin perilaku iblis laknatullah dari bapak dan pacar sejenisnya itu akan terus berlanjut.
* * *
Itu baru sekelumit contoh bahwa homoseksual adalah penyakit penyimpangan seksual, yang dampaknya sangat rentan menular kepada orang lain, meski masih dibawah umur sekalipun dan meski itu orang terdekat sekalipun.
Si kekasih gelap sejenis dari bapak yang biseksual itu tidak cukup hanya melampiaskan nafsu syahwat bejatnya kepada pria beristri yang "berselingkuh" dengannya, namun juga "memangsa" anak-anak dari kekasih sejenisnya. Tidak hanya satu anak, tapi sampai 3 anak. Tidak hanya yang sudah usia sekolah, yang balita pun diembat juga.
Bandingkan seandainya bapaknya berselingkuh dengan perempuan lain, meski sama-sama tidak bisa dibenarkan dari sisi hukum agama maupun dari sisi norma sosial, maka perselingkuhan itu hanya akan terjadi antar si bapak dengan kekasih gelapnya. Tidak akan memakan korban anak-anaknya.
Andaikan pun kekasih gelap si bapak itu adalah perempuan jalang yang tidak puas dengan hanya 1 kekasih gelap, maka dia akan berselingkuh dengan om-om lainnya, tidak memangsa anak di bawah umur.
Alangkah dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan oleh pasangan homoseks tersebut.
Setidaknya, ada 3 anak kandung dari pelaku biseksual yang jadi korban langsung. Belum lagi 2 anak yang sudah lebih dulu menjadi korban sodomi kemudian ber'mutasi' menjadi pelaku, dengan men-sodomi anak-anak tetangganya. Entah berapa keseluruhan korban akibat "PENULARAN" perilaku seks menyimpang kaum homoseksual.
Anak-anak yang seharusnya masih berperilaku normal layaknya anak seusianya, masih mampu mengontrol hasrat seksual yang sepadan bagi anak yang tumbuh kembang normal tanpa terpapar pengalaman seksual abnormal, telah berubah menjadi predator bagi sesamanya, bagi anak seusianya.
Belum lagi si Ibu yang menanggung derita berlipat ganda. Sudahlah suami ketahuan selingkuh, selingkuh dengan sejenis pula, selingkuhan suaminya memangsa anak-anaknya, dia mendapat warisan penyakit HIV AIDS yang pengobatannya tidak murah dan tidak dijamin bisa sembuh, terakhir sang suami malah minggat meninggalkan setumpuk derita yang harus ditanggungnya sendiri.
Bagaimana nasib ketiga anaknya yang semestinya harus mendapatkan terapi dan pendampingan secara serius dan intensif sampai benar-benar bisa sembuh lahir dan batin. Luka fisik dan psikisnya harus diobati sebelum mereka tumbuh jadi remaja dan dewasa yang buas dan menjadi predator berikutnya.
Para pembela, pendukung dan pembenar perilaku LGBT, dengan dalih HAM, bersediakah mereka membentuk crisis center untuk membantu dan mendukung sepenuhnya para korban perilaku menyimpang dari pelaku LGBT?!
Bukankah orang-orang yang telah mereka tularkan penyakit sosial itu sesungguhnya punya hak azasi juga untuk hidup normal tanpa dibayangi pengalaman pahit disodomi dan terpicu mensodomi orang lain lagi?!
Korban-korban berantai ini harus juga dilindungi HAM-nya. Jadi jika ada pelaku LGBT yang merugikan orang atau anak yang tadinya normal, seharusnya ada yang menanggung kerugian itu, minimal secara materi agar mereka bisa mendapatkan terapi dan rehabilitasi psikis yang memadai, yang tentunya biayanya tidak sedikit. Apalagi kalau secara fisik juga sudah terinfeksi HIV AIDS.
Dengan banyaknya kisah nyata korban kebejatan perilaku kaum LGBT, masihkah menganggap LGBT fine aja hidup bebas dan tumbuh kembang di sekitar kita?!
Masihkah berpendapat itu bukan penyakit, hanya varian saja dari kecenderungan seksua!?!
Masihkah santai saja dan bisa 'nrimo' dan 'legowo' jika korban itu adalah keponakan anda, adik anda, anak anda dan orang-orang yang anda kasihi?!
Yakin anda akan bilang "gak masalah, anak saya disodomi kaum homo. Santai aja bro, itu bukan penyakit kok!"
Jika anda tak ingin orang terkasih menjadi korban LGBT, maka jangan pernah berkata "LGBT harus dilegalkan" atau "terimalah LGBT karena itu bagian dafi hak azasi manusia".
Kenapa Kita yang Normal Harus Galak dan Keras pada Perilaku Elgebete?
by Irwitono Soewito*
Kenapa kita (yang normal) harus galak dan keras pada perilaku elgebete? Tolong baca baik-baik, ya. Perilaku elgebete bukan orangnya..!!
Nih saya kasih cerita nyata. Sahabat anak saya, sejak SD sampai SMA sekolah Islam terus. Sekolah Elit, Fullday School, SPP-nya kurang lebih dua jutaan. Pulang pergi sekolah naik antar jemput. Fasilitas sekolah memadai. Apa artinya? Anak itu mendapatkan lingkungan pendidikan yang sangat amat bagus. Aqidahnya terjaga, bisa baca Al Qur’an dengan baik, prestasi akademik pun lumayan. Bagus, to?
Tapi toh dia juga jadi korban elgebete. Kan kampret banget ...!!!
Makanya saya bengong saat suatu hari mamanya datang menangis sesenggukan mendapati hape anaknya berisi chat mesra dengan bajingan lelaki homo kutukupret haram jadah yang telah jadi iblis dalam kehidupan buah hatinya.
Entah kapan dan bagaimana mulainya, ananda Fulan berkenalan dengan kadal homo itu di dunia maya. Perhatikan, Fulan adalah anak rumahan baik-baik bukan anak jalanan tanpa asuhan. Secara materi tidak ada masalah. Jadi di mana masalahnya?
Celah itu bernama gadget alias HP, yang diberikan tanpa pengawasan ketat. Walhasil Fulan berkelana ke mana-mana sampai ketemu komunitas laknat tersebut. Bermula dari chat biasa, agak menjurus dan bikin penasaran, sampai kopi darat, dan ......
Saya merinding saat ibundanya cerita bab yang nggilani saat menginterogasi putra tercintanya.
“Kowe wis diapakno wae, le?” (kamu sudah diapain aja nak?)
“Cuma dielus-elus dan diciumi kok, Ma.”
“Tenan? Wis dikonokno durung?” (betul? sudah digituin belum?) Maksud beliau adalah disodomi, dan bagian ini rasanya bikin jantung mau copot.
“Belum, Ma. Beneran belum. Aku masih waras dan masih sayang Mama. Aku pingin sembuh, Ma.”
“Dos pundi niki, pak?” (gimana ini pak?) ratap si ibu ke saya. Dan asli saya tak bisa pura-pura sok jantan menahan bulir air mata merembes.
Anak shalih, sekolah di lembaga pendidikan Islam, berteman dengan anak-anak baik dan normal, bisa kena elgebete juga. Ndak masuk akal babar blas ..!!
Selain celah teknologi berbentuk gadget memang ada faktor lain: keluarga. Hubungan ayah dan ibu si Fulan telah lama tak lagi harmonis. Mereka bahkan sudah bercerai sekarang. Tak bisa dipungkiri hal tersebut ikut jadi faktor penentu. Kurangnya perhatian dan kasih sayang menjadikan Fulan merasa nyaman dalam dekapan dan elusan kadal homo beracun itu.
Singkat cerita akhirnya si ibunda menikah lagi dan hijrah ke ibukota bersama Fulan. Mereka mencoba membangun impian baru, merajut keluarga ahli surga dan menjauh dari mimpi buruk yang telah menghantui hidup mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi mereka dan segera mengazab bajingan homo yang telah nyaris merusak masa depan anak shalih itu.
Jadi paham kan kalau perilaku iblis ini musti diperangi dengan keras?? Pelakunya sungguh perlu dikasihani dan diajak kembali normal, tapi tak ada ampun untuk perilaku dan tindakannya.
NB: Bantu saya share tulisan ini sebelum para kadal itu mereport dan menghapus tulisan ini.
Pengalaman pribadi seorang teman, wajahnya tampan, sudah puluhan Gay DM dia Via Instagram caranya bermacam-macam. Intinya mereka mencari mangsa, ini Nyata! Waspadalah..
— Condro (@Condro0) 27 Desember 2017
*Sumber: fb penulis
Link: https://web.facebook.com/irwitono.soewito/posts/1585410911543534
CATATAN: Tulisan2 yang kontra LGBT kerap kena blokir Fb.
Kenapa kita (yang normal) harus galak dan keras pada perilaku elgebete? Tolong baca baik-baik, ya. Perilaku elgebete bukan orangnya..!!
Nih saya kasih cerita nyata. Sahabat anak saya, sejak SD sampai SMA sekolah Islam terus. Sekolah Elit, Fullday School, SPP-nya kurang lebih dua jutaan. Pulang pergi sekolah naik antar jemput. Fasilitas sekolah memadai. Apa artinya? Anak itu mendapatkan lingkungan pendidikan yang sangat amat bagus. Aqidahnya terjaga, bisa baca Al Qur’an dengan baik, prestasi akademik pun lumayan. Bagus, to?
Tapi toh dia juga jadi korban elgebete. Kan kampret banget ...!!!
Makanya saya bengong saat suatu hari mamanya datang menangis sesenggukan mendapati hape anaknya berisi chat mesra dengan bajingan lelaki homo kutukupret haram jadah yang telah jadi iblis dalam kehidupan buah hatinya.
Entah kapan dan bagaimana mulainya, ananda Fulan berkenalan dengan kadal homo itu di dunia maya. Perhatikan, Fulan adalah anak rumahan baik-baik bukan anak jalanan tanpa asuhan. Secara materi tidak ada masalah. Jadi di mana masalahnya?
Celah itu bernama gadget alias HP, yang diberikan tanpa pengawasan ketat. Walhasil Fulan berkelana ke mana-mana sampai ketemu komunitas laknat tersebut. Bermula dari chat biasa, agak menjurus dan bikin penasaran, sampai kopi darat, dan ......
Saya merinding saat ibundanya cerita bab yang nggilani saat menginterogasi putra tercintanya.
“Kowe wis diapakno wae, le?” (kamu sudah diapain aja nak?)
“Cuma dielus-elus dan diciumi kok, Ma.”
“Tenan? Wis dikonokno durung?” (betul? sudah digituin belum?) Maksud beliau adalah disodomi, dan bagian ini rasanya bikin jantung mau copot.
“Belum, Ma. Beneran belum. Aku masih waras dan masih sayang Mama. Aku pingin sembuh, Ma.”
“Dos pundi niki, pak?” (gimana ini pak?) ratap si ibu ke saya. Dan asli saya tak bisa pura-pura sok jantan menahan bulir air mata merembes.
Anak shalih, sekolah di lembaga pendidikan Islam, berteman dengan anak-anak baik dan normal, bisa kena elgebete juga. Ndak masuk akal babar blas ..!!
Selain celah teknologi berbentuk gadget memang ada faktor lain: keluarga. Hubungan ayah dan ibu si Fulan telah lama tak lagi harmonis. Mereka bahkan sudah bercerai sekarang. Tak bisa dipungkiri hal tersebut ikut jadi faktor penentu. Kurangnya perhatian dan kasih sayang menjadikan Fulan merasa nyaman dalam dekapan dan elusan kadal homo beracun itu.
Singkat cerita akhirnya si ibunda menikah lagi dan hijrah ke ibukota bersama Fulan. Mereka mencoba membangun impian baru, merajut keluarga ahli surga dan menjauh dari mimpi buruk yang telah menghantui hidup mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi mereka dan segera mengazab bajingan homo yang telah nyaris merusak masa depan anak shalih itu.
Jadi paham kan kalau perilaku iblis ini musti diperangi dengan keras?? Pelakunya sungguh perlu dikasihani dan diajak kembali normal, tapi tak ada ampun untuk perilaku dan tindakannya.
NB: Bantu saya share tulisan ini sebelum para kadal itu mereport dan menghapus tulisan ini.
Pengalaman pribadi seorang teman, wajahnya tampan, sudah puluhan Gay DM dia Via Instagram caranya bermacam-macam. Intinya mereka mencari mangsa, ini Nyata! Waspadalah..
— Condro (@Condro0) 27 Desember 2017
*Sumber: fb penulis
Link: https://web.facebook.com/irwitono.soewito/posts/1585410911543534
CATATAN: Tulisan2 yang kontra LGBT kerap kena blokir Fb.
Tuesday, December 05, 2017
Searching File di Windows dengan Cepat
Kalo pas komputer lemot trus mau cari file yang entah lupa ditaro dimana? Ada solusi yang sangat membantu banget, asalkan kita hafal clue-nya yaitu dari nama file-nya (gak usah hafal seluruh nama file, kita hafal bagian tertentunya saja sudah cukup).
Untuk download silahkan menuju KESINI dan tampilannya kurang lebih seperti ini:
Cukup dengan mengetikan nama file yang kita ingat, tapi kalo nyari pasangan hidup pake software ini sayang sekali belum bisa :p
Untuk download silahkan menuju KESINI dan tampilannya kurang lebih seperti ini:
Cukup dengan mengetikan nama file yang kita ingat, tapi kalo nyari pasangan hidup pake software ini sayang sekali belum bisa :p
Subscribe to:
Posts (Atom)